Jumat, 29 Juli 2011

"Trip Ke Taman Nasional Komodo (bagian 1)"

Oleh : Clearesta Saprudi






Berbicara tentang sebuah negeri kepulauan di dunia, tentu akan terbayang langsung dengan negeri tercinta ini. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memanjang dari sabang sampai Merauke. kalau kita boleh bandingkan, tentu panjangnnya akan sama antara jarak benua Eropa dan Afrika.
Sebagai negara kepulauan sudah tentu negeri ini memiliki perairan yang begitu luas dan kekayaan laut yang sangat berlimpah, kalau kekayaannya mampu kita gunakan, pasti akan mampu menghidupi bangsa ini sampai ribuan tahun mendatang. Luar biasa…

Baik, teman ,
Dalam kesempatan kali ini aku akan berbagi pengalaman saat mengunjungi Taman Nasional Komodo bersama 43 orang, mereka adalah perwakilan blogger, photograper, para artis, kemenlu, wartawan kompas, reporter tv, dari Indonesia.Travel, dll.

Disana kami menemukan Reptil Purba yang telah ada Jutaan tahun yang lalu, kalau Amerika bermimpi dengan Jurasick Park nya, kita sebagai Bangsa Indonesia tidak perlu bermimpi lagi, karena kita sudah memiliki binatang purba, yaitu Komodo. ketika berkunjung kesana, kami tidak hanya melihat komodo saja tapi banyak kejutan-kejutan yang tidak bias diungkapkan kata-kata, baik silakan baca liputan nya,

Jum’at 22 Juli 2011

Setelah menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam dari bandara Ngurah Rai Bali, kami tiba di Bandara Udara Komodo dengan pesawat carteran, Foker 50. Baru menginjakkan kaki di landasan bandara, kami langsung disambut dengan upacara adat oleh pemerintah kepulauan Flores.




Labuan Bajo merupakan pintu gerbang bagi wisatawan untuk berwisata ke Taman Nasional Komodo, bagi anda yang ingin berwisata ketempat ini, pemerintah dan swasta sudah menyediakan fasilitas, untuk jalur darat ada 3 maskapai penerbangan yang melayani rute Denpasar ke Labuan Bajo setiap hari, yaitu Merpati, Indonesia Air Transport, dan Pelita Air/Transnusa.
Tapi tenang bagi anda yang termasuk kaum the have, menyewa kapal pesiar dari Benoa, Bali untuk menuju ke Taman Nasional Komodo mungkin bisa menjadi pilihan. Kapal-kapal seperti ini menyediakan fasilitas yang nyaman untuk tidur dan makan layaknya hotel terapung. Selain itu kapal-kapal semacam ini biasanya juga dilengkapi dengan peralatan menyelam.
Backpackers tak perlu berkecil hati. Menuju ke Labuan Bajo melalui jalur darat sepertinya akan menjadi catatan perjalanan yang menarik. Belum lagi ketika harus menumpang kapal-kapal nelayan pengangkut barang kebutuhan untuk bisa menyeberang, atau bahkan ikut menginap di atas perahu tentu memberikan pengalaman yang sangat menyenangkan.



Dari bandara Komodo, rombangan kami menaiki bus mini yang sudah di sediakan pihak panitia Indonesia.Travel.
Sekitar 15 menit dari bandara kami sampai kota pelabuhan di ujung barat Flores. Suasanaya begitu istimewa, karena banyak kapal-kapal besar dan kecil yang merapat di dermaga.
Setelah 30 menit perjalanan dengan menaiki Boat kami sampai pulau Rinca.
Pulau Rinca merupakan salah satu gugusan dari kepulauan yang ada di Taman Nasonal Komodo. Dalam perjalanan kami disuguhkan dengan pemandangan alam yang begitu indah, hamparan pegunungan dikiri kanan nya pun nampak elok. Begitu juga dengan air laut yang berwarna hijau dan biru seolah menyatu dengan kami.




Kami tiba di Loh Buaya, sebutan untuk Pulau Rinca. Sebagai wisatawan aku bingung dengan penamaan pulau itu, karena saat kami tiba di dermaga, kami sudah di sambut oleh gerombolan kera-kera penghuni pulau itu. Anda jangan heran dengan sebutan “loh Buaya” karena saat berada disana tidak akan menemukan buaya satu pun. “Loh” sendiri artinya teluk, sedang buaya adalah sebutan orang dulu ketika melihat komodo, mereka sebut buaya. Nah jadilah teluk buaya itu di namakan “Loh buaya”.

Di pesisir pulau terdapat pemandangan hutan bakaunya, dan ini tentu tidak kami sia-siakan. Saat menunggu rombongan lain tiba, kami berfoto untuk mengekspresikan diri di pulau yang di huni oleh reptil langka itu.
Setelah rombongan berjumlah 43 orang itu tiba di dermaga, maka kami menuju Pos di pandu oleh petugas di TNK, sebagian diantara mereka siswa SMK yang magang disana.

Tiba di pos kami di berikan pengarahan oleh petugas jagawana Taman Nasional Komodo sebelum melakukan perjalanan.
Komodo merupakan binatang pemakan segala, dalam bahasa lokal sering disebut dengan “ora”. Binatang ini harus “dipancing” dahulu supaya keluar, salah satunya dengan cara menyajikan daging yang sudah membusuk.
komodo hidup liar di alam, panjang tubuh mereka untuk ukuran dewasa mulai dari 3-5 meter, komodo memiliki insting dan indera penciuman yang sangat tajam, tidak heran pengunjung sangat di ajurkan harus memperhatikan jarak ketika berada disana, 5 meter cukup untuk memperhatikan mereka.
Ketika kami berada disana, bertepatan dengan musim kawin yaitu antara bula juli dan agustus, saat berada di dapur (sebutan untuk daerah yangs sering di alaui komodo) kami banyak menemukan reptile itu di bawah-bawah rumah panggung. Masyarakat disana mungkin sudah terbiasa hidup bersama dengan binatang itu, walaupun harus tetap waspada.



Setelah mendapat pengarahan dari pengawas kami langsung menemukan kumpulan komodo berada di pos, mereka hidup berkelompok. Setelah cukup puas mengabadikan para komodo itu dengan jepretan kamera, kami pun memulai Trekking menyusuri perbukitan dan lembah di pulau itu. Disana terdapat sabana yang gersang, dan bebatuan yang unik di atas pegunungan, dalam sejarahnya Pulau Rinca ini terbentuk dari aktivitas letusan vulkanik purba plus aktivitas tektonik yang membuat dasar laut terangkat. Jadi tidak heran kalau gugusan pulau disini memiliki pantai-pantai yang indah dan berbeda dengan tempat lain.



Cuaca siang itu begitu terik, dan semilir angina yang berhembus membawa aroma kedamaian. Ketika berada di puncak nampak hamparan pohon Lontar dan hutan hujan. Begitu juga hamparan pegunungan yang membentang menjadi pemandangan eksotis. Sungguh Indah maha karya ciptaan Sang Kuasa.
Perjalanan sudah usai, tepat pukul 13 00 waktu setempat kami makan siang di pos yang telah disediakan panitia. Tidak membuang kesempata kami langsung melanjutkan perjalanan ke pulau Komodo. Sekitar 45 menit dengan menggunakan Boat kami sampai di pulau lainnya.
Di pulau ini kami menemukan Binatang liar, seperti Rusa dan Burung Kakak Tua. mereka hidup liar di pulau itu sebagai makanan komodo, seperti halnya hukum rimba, yang kuatlah yang mampu bertahan di pulau itu. Saat ini kakak tua sudah menjadi makhluk langka, disini lah salah satunya tempat pelestarianya.





Mereka menghinggapi pepohonan Lontar yang tinggi. Sesekali mereka melintas di atas rombongan kami. Disinilah rombongan kami sempat di kagetkan oleh si Komo, setelah mendapat gertakan dari pemandu, komodo yang kira-kira berukuran 3 meter itu secepat nya mengejar rombongan kami. Seketika itu juga semuanya histeris dan mencoba menyelamatkan diri masing-masing ketempat yang lebih tinggi.



Pink Beach... I'm Coming





Setelah melakukan perjalanan di pulau komodo, kami melanjutkan ke tempat yang selama ini aku mimpikan, yaitu Pink Beach . setelah menempuh sekitar 30 menit sampai lah kami di Pata Merah, disana sudah banyak terlihat para turis yang berjemur. (waaah, harus jaga pandangan nih, xixixi)
Setelah merapat di pantai aku langsung lompat dari Boat yang membawa kami. Karena begitu senang nya, aku menginjak karang, kaki ku sempat luka, namun apalah luka, suasana senang sudah meliputi hatiku, jadi sakitnya pun tidak terasa. ^_^

Disebut pantai merah karena pasirnya terbentuk dari pecahan-pecahan koral dan cangkang hewan laut lainnya sehingga berwarna kemerahan. Waktu satu jam yang di berikan panitia di Pantai merah kami manfaatkan untuk mandi dan snorkeling,
Pantai ini menjadi tempat favorit para wisatawa asing maupun lokal karena hanya dengan ber-snorkeling saja, keindahan bawah laut di pantai ini bisa dinikmati, apalagi bila mencoba diving. Sangat disayangkan, fasilitas diving untuk kami tidak disediakan, itu karena waktu yang diberika hanya satu jam. 

Waktu yang di berikan panitia sudah habis, matahari pun mulai menundukan pandangannya di balik pegunungan. Kami pun bergegas untuk kembali pulang. Sangat disayangkan memang, padahal masih banyak tempat-tempat indah lainnya. Seperti situs Batu Bolong. Batu Bolong adalah situs penyelaman terbaik di Komodo yang berupa “pulau” karang di selat antara Pulau Tatawa dan Pulau Komodo. Dengan topografinya yang berbentuk tebing curam membuat situs penyelaman ini menawarkan pemandangan bawah laut yang sangat alami karena nelayan lokal menggunakan bom atau racun sianida untuk menangkap ikan di sekitar lokasi ini sehingga merusak ekosistem di bawah laut. Situs-situs penyelaman di Taman Nasional Komodo ini arusnya terkenal sangat kuat sehingga tidak disarankan untuk diver pemula apalagi yang belum pernah diving. Jangan coba-coba dah.
Aku aja karena lama ga berenang, kaki sempat kram saat snorkeling, di Pink beach, untungnya hanya satu kaki, sehingga saat itu juga aku langsung menuju pantai dengan menggunakan kaki kiri. Jadi saran ku, sebelum melakukan penyelaman harus ada pemanasan dulu, apa lagi arus laut di sana cukup kuat. Dan sangat berbahaya bagi anda yang sama sekali tidak bias berenang… jadi waspadalah waspadalah


B E R S A M B U N G ...

4 komentar:

  1. mantappppp kaaa... hhi
    tu ada poto pink beach nya cuma gak kelihatan jelas yaa warna pink nya..ckckckcck

    BalasHapus
  2. iya, dr kamera memang ga kelihatan.
    kekecilan

    BalasHapus