Senin, 01 Juni 2009

DIBALIK PESONA LANGIT BANJAR


Oleh : Saprudi


Setelah memisahkan diri dari rombongan mahasiswa aku melewati jalan-jalan sempit yang membagi perkampungan warga yang belum aku tahu namanya.
Pancaran matahari siang itu begitu terik mengharuskan aku berhenti untuk menuju tujuan semula.
Dari kejauhan puluhan anak-anak berlari-larian menuju rombongan pengunjung yang datang dari pelosok daerah. Aku sudah keluar dari gang-gang sempit itu begitu jelas terlihat oleh ku sebuah bangunan tua yang terlihat alami tapi tidak terawat.
Aku pun menyeberangi jalan yang penuh dengan peminta-minta dan penjual bunga bagi peziarah, q ayunkan langkahku semakin cepat.
“ paman pinta duitnya pang….”1
Suara anak kecil mengagetkan ku.
“ ulun belum makan paman “¬2
Suaranya terus memaksa dan mengikuti setiap langkah kakiku
“mudahan pian lakas naik haji, mudahan pian dilapangkan rezeky”3 cerocos gadis kecil kecil itu disampingku sambil menengadahkan tangan,
Sementara ibu-ibu penjual bunga juga tidak kalah menawarkan dagangannya bagi para peziarah…
“bunganya pak…bunganya..murah saja..” sebagian ibu menawariku, akupun hanya bias melempar senyum. Gadis kecil itu terus mengikutiku, seusia dia yang seharusnya sudah bersekolah kini dihadapkan oleh zaman mereka meminta-minta ditengah jalan .
Akupun segera memasukan tangan ke kantong kecelana jeans. Baru aku meraba langsung menyerbuku puluhan Anak-anak seusia Erma adik ku yang saat ini kelas 3 sekolah dasar di semarang.
Akupun bingung, tidak pernah aku menemukan seperti ini uang lembaran lima ribu yang telah kukeluarkan langsung direbut anak kecil yang dari tadi mengikutiku.
Dia langsung lari tunggang langgang.
“ Ucrit…..woiiii”
teriak anak laki-laki disampingku memanggil anak yang lari tadi, puluhan anak tadipun berlarian mengejar si ucrit. Akupun menggelengkan kepala…
sempat ku perhatikan Ucrit begitu cepat larinya sehingga selalu berhasil lolos dari kejaran kawan-kawannya tadi.
)I(
Keringatku membasahi kening dan baju yang aku pakai. Panas mentari seolah tidak dihiraukan para pengemis dan pedagang bunga untuk mendapatkan uang dari para pengunjung. Suara-suara yang tadinya bising perlahan-lahan sudah tidak terdengar lagi Aku pun terus melangkah menuju bangunan tua itu untuk beristirahat, terlihat beberapa orang berada diteras-teras, aku pun langsung menyandarkan badan didinding bangunan yang masih dapat dilihat ukiran-ukiran bernuansa etnik. Memikat hati memang, terlebih bagi seorang peneliti sepertiku. Tidak aku sia-siakan kesempatan ini untuk mengabadikannya dalam kamera digital yang aku bawa.
Betapa nikmatnya ketika tenggorokanku disirami oleh air mineral yang aku beli dijalan tadi, seolah semua penatku hilang sesaat, ternyata rasa penatku tidak dapat dibohongi.
Nampak lantai-lantai dan dinding ini berlubang dimakan usia.
“Dahulunya ini langgar 4, tapi karena pengurusnya hilang entah kemana, maka tempat inipun tidak terawat….”
“ konon pengurusnya dibawa oleh makhluk ghaib, karena bangunan ini sudah ada ratusan tahun..”
Suara seorang bapak paruh baya di samping kananku menjawab pertanyaan seorang anak muda yang beberapa meter disampingku hilang di antara kelelahanku. Kantuk pun tak dapat tertahankan.
Dalam keadaan sadar atau tidak aku melihat sosok yang tidak aku kenal, tubuhnya memakai jubah putih sungguh bersahaja, dibagian kepala terdapat surban putih yang melingkar… bersama beliau ada seorang kakek tua dan seorang gadis kecil
Dalam ketakjupan ku itu kucoba menatap bentuk rupanya, tapi seolah tertutupi oleh cahaya yang menyilaukan, aku pun menunduk.
“wahai ahli sejarah apa yang akan kamu lakukan disini….” Suara itu bertanya kepadaku..aku hanya diam membisu..
“jaga lah Musola ini…”
Nasehat nya… lagi-lagi aku tidak berani menatap beliau seolah aku begitu kecil.
“anakku….!!!!” Ucap beliau akupun langsung memberanikan menatap beliau, tapi ketika itu juga sosoknya hilang diantara terangnya cahaya. Aku langsung terbangun dan ketika itu posisi mataku terkena cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah atap bangunan musola itu. Bapak-bapak yang ada disamping ku langsung memandang ku ketika aku tebangun.
Masih terbawa kantuk yang dalam aku palingkan pandanganku sesaat kearah kanan memandang bapak itu, wajah beliau persis mirip kakek tua yang berada disamping sosok yang bersurban tadi.
“ ada apa mas??” Tanya beliau kebingungan.
Akupun tak bias menjawab setiap pertanyaan beliau, aku tundukan wajah memandang kakiku dengan tatapan kosong, terpikir olehku yang baru saja terjadi, apa makna dari semua itu, dan apa maksud pernyataan beliau tentang ahli sejarah,menjaga musola dan anak ku, semua pernyataan yang beliau utarakan membuatku bertanya-tanya. Aku yang saat ini aku mahasiswa S-2 semester akhir jurusan sejarah di universitas ternama di semarang begitu tertarik dengan kehidupan masyarakat Banjar di martapura ini untuk dijadikan tugas akhir. Tapi aku masih jauh dari ahli sejarah, apaka itu sebagai tanda??? Sudahlah aku tidak tahu
“mimpi apa, mas?” Tanya kakek itu lagi mendekat membuyarkan lamunanku.
“ketika tidur bibir anda terlihat ingin mengucapkan sesuaut” lanjut beliau.
Aku pun langsung menceritakan apa yang terjadi dalam mimpi itu, tapi aku rahasiakan tentang kemiripan beliau tadi dalam mimpiku.
“saya yakin pasti itu Syeh Muhammad Asyad Al-Banjari…” pendapat beliau dengan keyakinan yang penuh. Aku yang mendengar penjelasannya pun manggut-manggut,
Namanya tidak begitu asing bagiku, tapi aku belum pernah melihat sosoknya baik gambar atau apa pun yang berhubungan dengan beliau.
)I(
Ku lemparkan lagi pandangan ke jalan, terlihat anak-anak yang mengahmpiriku tadi meminta-minta kepada rombongan yang baru datang, dengan bujuk rayu sekali-kali mereka memaksa untuk meminta.
Ada seorang ibu mengeluarkan dompet dari tas yang disandangnya tapi dengan gesit anak itu langsung membawa lari, ketika itu juga ibu itu langsung berteriak histeris, yang begitu terdengan oleh ku.
“Maling……!!!!”
Teriak ibu yang ber kerudung hitam itu, ketika itu juga orang pun berhamburan mengejar anak laki-laki tadi. Tidak juga seorang pemuda yang disamping ibu tadi yang kemungkinan adalah anaknya.
Dari kejauhan aku sudah tergetak hati untuk menolong, tapi saat itu ada seorang yang melerai kejadian itu, kalau tidak ada bapak haji itu, mungkin saja anak kecil itu dihakimi masa
)I(
Setelah beristirahat aku menuju ketempat para peziarah lainnya, tampak pengunjung semaki ramai walaupun jam ditanganku menunjukan jam 2.15 WIB. Begitu sederhana bangunan makamnya ketika ku berada didalamnya. Pandanganku secara spontan langsung tertuju pada sesosok anak kecil berpakaian hitam lusuh dan kerudung putih yang berada di pojok ruangan itu sambil menangis dengan linangan air mata. Aku pun mendekatinya dan wajahnya mirip anak kecil yang ada dalam mimpiku tadi. Setelah menatapku sesaat maka dia berlalu begitu saja.
Mata ku tak bias menangkap sosoknya lagi setelah aku berpaling mencari nya.
Aku palingkan lagi pandangan ku kegambar yang dijual disekitar sana, Nampak persis wajah kakek tua yang berada disamping orang yang berjubah. Langsung aku tanyakan kepada pedagang yang sibuk membacakan doa-doa sambil memilihkan cincin untuk pembeli disampingku.
“itu gambar menantu dari Syekh Arsyat Albanjari” ucap beliau
Tiba-tiba kepalaku terus berputar-berputar,
Ops, langsung aku mengendalikan diri agar tidak terjatuh.

)I(

Sejak peristiwa itu membuat aku semakin tertantang untuk terus mengenal kehidupan masyarakat Banjar yang tidak pernah lepas dari sungai, terlebih tidak pernah lepas dari keberadaan Syekh Arsyad albanjari itu sebagai ulama yang Berjaya pada masanya dan sampai saat ini yang dapat disarakan melalui karya-karyanya.
Mimpi itu, orang tua disampingku dan anak yang tiba-tiba menghilang menjadi pengalamanku dalam penelitian kali ini.
Azan asar pun terdengar diseantor kota martapura beriringan dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih menggantung di benakku.

Keterangan :
1 pak, pinta uangnya donk
2 saya belum makan
3 semoga anda cepat naik haji, semoga anda dimudahkan rezeky
4 musola (tempat ibadah)

Sabtu, 02 Mei 2009

Dibalik LKMM



subhanallah .........

itu lah yang terucap ketika q sampai dimandiangin...

Badan Legislatif Mahasiswa(BLM) sebagai lembaga tertinggi dikampus berkewajiban memantau kegiatan yang dilakukan oleh BEM dan setiap UKM di MIPA.

momen ini tidah hanya untuk mengawasi, tapi juga sebagai ajang refresing

melihat kemaha Besaran Allah...

yah...

hitung-hitung sebagai RIHLAH
hehehehe...
jarang-jarang lho...

yang membuat q berkesan ketika jurit malam.

ketika itu cuaca begitu cerah...

q pandang langit begitu indah bertabur bintang..

SUBHANALLAH....
ALLAHUAKBAR...

TIADA HENTI-HENTINYA HATI Q BERZIKIR...

posisi q yang diata gunung tentu semakin menambah kenampakan kilauan bintang yang begitu mempesona.

tidak pernah q menemukan hal yang seperti itu.

dengan mata telanjang melihat METEOR-METEOR YANG JATUH DAN MELINTASI BUMI,
peristiwa itu sekejap...
tapi berkelanjutan....

cahayanya begitu cepat melintas dan hilang begitu saja.


ketika itu hanya ada Jutaan bahkan milyaran rasi bintang yang memancarkan dirinya

sungguh mempesona...


bulan tiada menampakan diri,
seolah malu dengan keindahan yang bintang pancarkan..
yahhhhhhhhhhhh...

dikarenakan saat itu bulan memang belum terbit..
klo G slah bulan muda.
jd bulan tdk nampak

CAHAYANYA MULAI REDUP



Oleh: SAPRUDI

Liburan yang kunantikan…
Kutatap wajahku dicermin, terlihat seperti remaja kebanyakan, mataku rada sipit, tatapan mata ku pun tajam. Kata orang tampangku persis aktor korea Wong Bin, mungkin itu yang sedikit membedakan dengan teman-teman
Dalam hati kadang-kadang rasa Gede Rasa(GR) juga menghinggapi, terlebih yang menyebut tidak hanya satu atau dua orang, tapi sudah banyak orang yang berpendapat seperti itu. Masa bodo ku dengan pendapat orang yang penting aku saat ini bahagia.
Terlebih nenek ku tercinta akan datang untuk menghadiri acara syukuran, karena bisnis abi sudah melampawi target yang telah dibikin.
Hampir 19 tahun abi merintis bersama dengan umi, Alhamdulillah keberhasilan itu dapat dirasakan bersama. Terlebih dengan acara syukuran ini semua keluarga dari saudara abi sampai saudara umi akan datang.
Om darman saudara satu-satunya dari abi bersama istri beliau dan tentunya sepupuku yang baru berumur delapan tahun dan tante dewi yang menjadi dosen muda di universitas ternama dikota beliau datang bersama nenek dan kakek
Yang terasa istimewa adalah kedatangan nenek (orang tua dari umi) hampir 4 tahun aku tidak ketemu beliau. Setelah kepindahan umi dan abi, saat itu aku baru duduk di sekolah tingkatan pertama, di karenakan jarak yang begitu jauh itulah kami jarang bertemu.
Hanya melewati telepon lah kami saling berbagi kerinduan.
Memori otak ku terus berkelana melintasi dimensi waktu beberapa tahun yang lalu, saat itu aku baru masuk sekolah tingkat pertama.
Sungguh menyenangkan mendapat teman-teman yang baru, berkenalan, belajar bersama-sama apalagi setelah pulang dari sekolah ber main di rental play station(PS) bersama-sama teman baru, sungguh menyenangkan. Kadang-kadang diajak taruhan, pada awalnya aku tidak mau dan akibat dibujuk oleh teman-teman, maka aku pun terpengaruh.
Hari berganti minggu, minggu pun berganti bulan. Aku semakin disibukkan dengan permainan itu
Dan pada puncaknya nilai ulangan harian ku banyak yang harus di remidi(diulang) karena kurang dari target yang berlaku di sekolahku. Kekesalanku lampiaskan pada permainan itu lagi.
aku benar-benar tidak sadarkan diri panggilan azan seolah-olah tidak aku hiraukan. Ketika aku kalah dalam permainan langsung kuhempaskan kaset yang ada di depan ku, sehingga membuat pemilik rental itu marah.
Aku tidak peduli lagi dengan cacian pemilik itu,
Kaki ku uterus melangkah keluar untuk mengambil sepeda yang telah ku parkir dari pulang sekolah tadi.
Aku emosi….
Gelap pun sudah menyelimuti kota serambi makkah itu.
Aku tetap disibukkan dengan pikiranku,
Kuayuhkan sepeda secepatnya untuk menuju rumah.
Sesampai dirumah aku disambut berbagai pertanyaan dan interogasi dari abi.
“Rauf, kemana saja kamu. Jam segini baru datang??”
Aku tidak berani menatap wajah abi, baru kali ini beliau memarahiku habis-habisan begitu juga dengan umi. Kata-kata abi begitu bergetar, aku yakin pasti wajah beliau begitu merah karena tingkah lakuku beberapa bulan ini.
Kepalaku ku terus menunduk, tidak berani menengadahkan wajah, mataku pun terus memeras supaya tidak menjawab apa-apa yang beliau katakana, aku takut salah..
“Rauf!!!!!!!!”
Suara abi lebih meninggi
Aku terus melangkahkan kaki kekamar, tak ku perdulikan lagi kata-kata beliau.
$$
Dikamar itulah aku melampiaskan tangisanku,
“Ya rabbi…..”
Setelah abi mengucapkan kata-kata tadi hanya penyesalan yang kurasakan.
Saat itu aku tidak mengetahui kalau nenek masuk secara perlahan kekamar ku.
Di elus beliau kepala ku dari belakang…
“nenek…!!!”
Aku langsung memeluk beliau dengan erat.
“nenek marah ya dengan Rauf??”
Ucapku sambil menangis
“tidak, nenek sayang ko dengan rauf”
Kata-kata nenek membuat hatiku tenang.
Diciumnya keningku, sungguh smakin membuatku terasa berarti disisi beliau. Mungkin karena aku cucu pertama beliau.
Begitu lama aku tidak mendapat kehangatan pelukan kasih sayang seorang ibu. Hanya neneklah penghangat hatiku.
$$
Cermin dihadapanku seolah tidak berarti lagi, air mataku tak tertahankan lagi untuk keluar, dan satu-persatu mengaliri pipiku. Terlihat begitu jelas sosok yang berdiri tegap di depanku begitu tak berdaya.
Kupalingkan pandangan keatas meja belajarku, terdapat foto seorang paruh baya menggendong cucunya yang baru berumur setahun. Begitu ingin aku di belai nenek seperti dulu lagi.

Aku pun tersadar kembali, ku usap muka dengan handuk agar tidak terlihat bekas bersedih.nampak terang diluar rumah, cuaca liburan kali ini benar-benar cerah
Terdengar bunyi jam tiga kali bersamaan dengan ketukan pintu dari luar kamar ku.
Terdengar panggilan umi.
“Iya tunggu sebentar”
Ucapku sambil memasang kaos oblong putih.
Kubuka pintu terlihat wajah umi terlihat murung.
“apa yang terjadi Bu??”
“kakek terkena stroke lagi Nak. Tadi barusan tante dewi menelpon ibu”
Air mata umi kembali menetes
“innalillahi…” ucapku dalam hati.
“Jadi sekarang dirawat dimana bu??”
“Kata tante,kakek sudah dirawat dirumah sakit”

“Ya..Allah ujian apa lagikah ini yang kau timpakan kepada keluarga ku, berilah kesabaran kepada kami” batiku terus berdoa.

Acara syukuran yang telah direncanakan pun dibatalkan, dan abi sudah memesan tiket untuk keberangkatan kami, karena nenek berharap agar kami sekeluarga harus pergi kesana.
Aisyah adik ku yang baru berumur 2 tahun pun juga ikut. Karena nenek dan kakek belum sempat melihatnya.
$$
Setelah sampai di kediaman nenek kami langsung kerumah sakit.
Sudah beberapa minggu ini keadaan kakek terus memburuk. Terlebih pasca struk yang menghinggapi tubuh beliau.
Hanya tubuhnya yang kaku dan lemah tak berdaya itulah q lihat terbaring di kasur rumah sakit.
Ditemani beberapa tusukan selang yang menembus tubuh beliau.
Yang menjaga beliau pun bergantian. Tapi tidak dengan nenek, beliau begitu setia menunggui disamping pembaringan kakek.
Kadang-kadang beliau membisikan kata-kata ketelinga kakek.
Kata-kata nasihat…
Subhanalllah…
Air mataku kadang-kadang berderai melihat pemandangan itu.
Betapa cintanya nenek kepada kakek.
Betapa tulusnya kasih sayang beliau.

Tentu tidak hanya pertama ini aku lihat, tetapi sudah sering.
Pikiranku kembali berkelana ketika aku akan pindah dari rumah nenek dan kakek, saat itu aku masuk tahun kedua di sekolah tingkat pertama.
Kakek sakit parah yang mengharuskan beliau dirawat dirumah sakit ini.
Setelah Tiga hari dokter pun mengizinkan kakek untuk di bawa pulang karena kondisi beliau semakin baik. Walaupun anggota tubuh beliau tidak berfungsi seperti semula.

Dirumah itulah nenek selalu merawat kakek dengan tulus ikhlas.
Pada suatu saat kakek marah kepada nenek karena tidak memberikan makanan yang dilarang dokter untuk diberikan kepada kakek.
“Dengan memakan buah itu pasti tekanan darah kakek akan naik dan nantinya tambah sakit”
Ucapan nenek ketika itu masih mengiang ditelingaku.
Tapi apa yang dikatakan kakek
Kakek mengatakan yang membuat perasaan nenek hancur
“kenapa kamu tidak mengizinkan aku memakan buah itu, apa kamu ingin membuat aku mati???”
Ucap kakek marah.
Nenek pun berpaling dan meninggalkan kakek dikursi roda.
Ku dekati nenek, beliau menangis sejadi-jadinya.
“nek, biarkan saja aku yang mengasih buah itu, biar beliau tahu diri, nenek sudah merawat kakek sekian lama. Tapi apa keinginan kakek, pasti selalu menyakitkan hati nenek.”
“jangan cu, biar saja. Kakek memang begitu”..
Subhanallah…
Begitu sabarnya nenek dengan perilaku kakek semasa sakitnya beliau waktu itu.
$$
Air mataku terus membanjiri pipi.
“Kenapa kamu menangis cu??”
Kata-kata nenek terdengar lirih.
Pasti beliau begitu kecapean meurusi kakek disini.
Setiap kali umi, abi atau tante meminta agar nenek istirahat, beliau pasti menolak.
“biar ibu saja yang menjaga bapak. Biar kalian yang istirahat” ucap nenek memandang umi
“nek, jangan begitu. nenek juga butuh istirahat”
“tidak apa-apa cu..”
Tidak ada yang berani menolak kalau nenek yang meminta.
$$
Air hujan diluar begitu derasnya, aku begitu kelelahan dan mataku pun terpejam.
aku melihat sosok nenek langsung mendirikan sholat, dan yang aneh nenek mengucapkan kalimat
“asyhaduanlailahaillallah wa asyhadu anna muhammadarsulullah”
Setelah itu sosok nenek datang menyapaku disertai dua orang yang tidak aku kenal, suasana begitu terang, sehingga menyilaukan penglihatanku.
Haya kata beliau yang ku dengar
“sampai bertemu ditempat yang abadi pangeranku..”
Aku tidak mengerti apa maksud dari pernyataan beliau.
Samar-samar terdengar isak tangis dalam mimpi ku.
Seketika itu juga aku terbangun
Tepat disampingku terlihat umi dan tante menangis.
“apa yang terjadi pada kakek bu??”
Tanya ku terheran-heran.
“Kakek masih terbaring di kamar nak” suara ibu lirih
“Setelah kamu tidur tadi nenek pergi untuk mengambil air wudhu untuk sholat malam.
Ketika itu juga tubuh nenek terjatuh dan tak sadarkan diri, saat itu jugalah nenek pergi meninggalkan kita..”
Umi tak bias lagi melanjutkan kata-kata dan terus memelukku erat-erat.
Tak ada suara apapun yang keluar dari mulut ku.
Hanya perasaan syok lah yang menimpa ku.
Aku tak tau kalau mimpi barusan pertemuan terakhirku dengan nenek.
Hilir mudik para pengunjung dan perawat dihadapanku seolah hanya seonggok materi yang tak ber makna.
Ternyata sosok yang begitu ku kagumi telah meninggalkan kami semua.
Meninggalkan semua keberhasilan anak-anaknya.
Meninggalkan kakek yang masih terbaring kaku tak berdaya.
Meninggalkan semua kebaikan-kebaikan yang beliau pancarkan ke sepenjuru alam semesta.
I love you nek,
Selamat tinggal …
$$
Setelah pemakaman nenek kami kembali kerumah sakit untuk menjaga kakek.
Kejadian inipun masih kami rahasiakan. Kondisi kakek masih seperti hari-hari kemarin hanya hembusan nafas yang begitu berat kami lihat. Saat ini tidak ada lagi nenek yang begitu setia menemani kakek. Haya kami yang bergantian merawat beliau.
Ku raba tangan kakek, serasa ingin membisikan bahwa nenek telah pergi. Tapi niat itu ku urungkan.
“kakek harus bertahan..”
“nenek menunggu kakek dirumah..” Hiburku kepada kakek,
Saat ini sudah memasuki minggu terakhir libur panjang ku. Senin depan kami kembali sekolah. Abi telah memesankan tiket untuk kepulanganku.
“Aku disini saja yah…”rayu ku
“biar aku menemani kakek”
“ tidak usah, biar bapak,ibu dan tante saja yang merawat kakek disini, lagian insyaAllah kakek membaik”

Aku pun luluh mendengar pernyataan dari dokter kalau kakek mulai membaik, tapi abi tidak mengizinkan kakek untuk dibawa pulang,
“biar di rawat saja dulu” pinta bapak setelah dokter memberikan pernyataan.
$$
Hari pertama masuk sekolah terasa hampa, aku pulang lebih cepat. Tepat satu minggu setelah nenek meninggal
Hanya bi tuti saja yang ada dirumah, ku langkahkan kaki untuk sholat duha, hand phone berdering.
“nak, kakek telah meninggalkan kita..” suara umi diseberang terbata-bata
Haya kehampaan yang kurasa….
Ku merasakan kegelapan menyelimuti alam semesta, tubuhku lunglai tak berdaya..
Hampa dan sepi…
$$
Cahaya yang terang itu pun mulai redup satu persatu.
Cahaya kasih saying..
Aku yakin nenek sudah menunggu kakek disyurga sana, begitulah cinta abadi yang diberikan Allah pada hamba-hambanya.
Cinta yang dibalut ketaatan pada suami.
Cinta yang terpancar karena kecintaan pada Allah…
Aku ikhlas…
Karena Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya…
Aku sayang kakek..
Aku sayang nenek…
$$
Untuk sahabatku yang ditinggal nenek, semoga diberi ketabahan

Taman syurgawi 6 maret 2009
11:17 PM

LKMM FMIPA UNLAM




LATIHAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN MAHASISWA

acara yang berlang sung 24,25 dan 26 april 2009 yang lalu alhamdulillah berjalan dengan lancar

so, kita tunggu eksistensi ading-ading 2008 untuk aktif di perpolitikan kampus

Rabu, 04 Maret 2009

makna

"Dalam setiap hembusan nafasku tersimpan beribu makna yang akan aku cari keajaibannya" (Rudi)

Sabtu, 14 Februari 2009

muhasabah cinta

versi nasyid

Wahai... Pemilik nyawaku
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dariMu
Kupasrahkan semua padaMu

Tuhan... Baru ku sadar
Indah nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini kuharapkan cintaMu

Kata-kata cinta terucap indah
Mengalun berzikir di kidung doaku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku
Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini
Ya ilahi....
Muhasabah cintaku...

Tuhan... Kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku denganMu

Jumat, 13 Februari 2009

ketika pesantren di kritik

Belum reda permasalahan pro kontar tentang larangan merokok dan golput. Saat ini masyarakat indonesia disibukan dengan pro dan kontra penayangan film Perempuan Berkalung Surban yang diproduksi oleh sutrada muda Hanung Bramantio.
film yang diangkat dari novel karya Abidah Al Khalieqy ini mengandung banyak pembodohan yg tercover seakan-akan sebagai pencerahan dan kebebasan, namun bermakna terbalik
dapat kita lihat saat penggambaran kekejaman syariat Islam terhadap wanita, yg jelas ini film LIBERAL.
Dari judulnya pun kita sudah bisa befikir kalau maksudnya perempuan berkalung sorban itu adalah perempuan itu dibelenggu oleh syariat Islam.
dengan simbol sorban yg harus dilepaskan di akhir film kalau dibilang menyinggung pesantren tradisional juga tidak karena terlihat penulisnnya hanya ingin meyinggung negara yg menerapkan syariat Islam tapi dengang gambaran laen
kebanyakan adegan di film PBS ini menggambarkan syariat dan ajaran Islam itu kejam.
seperti peristiwa rajam, padahal tidak ada dalam Islam orang tiba-tiba langsung dihukum rajam disana sudah jelas dan tak ada khilafiyah/ perbedaan pendapat bahwa tata cara rajam tidaklah se-sadis itu. rajam harus melalui proses, tabayun(klarifikasi), menghadirkan saksi yang sah, dan lain-lain.
Adegan pada saat buku-buku yg dibakar, secara logika wajar saja kalau buku itu dibakar
anak pesantren disuruh membaca novel-novel cinta atau novel liberal lainnya. membacanya juga saat lagi belajar.tidak usah di pesantren di sekolahan umum pun kalau anak murid lagi belajar kemudian membaca buku yg lain, pasti akan disita oleh sekolah.
Penggambaran seakan-akan ustaz-ustaz di pesantren (pelaksana syariat Islamlah) itu kejam dan kiler
masih banyak lagi kalo disebutin disini cara2 gak tepat dari film yg diadatasi dari novel ini, yg jelas nuansa liberal dan latar belakang penulis novel dari film ini keliatan banget, yah wajarlah dari mesi yg mungkin sekarang sudah lebih liberal dari indonesia



Kita tidak perlu membahas hal yang debatable dalam film PBS, cukup melihat hal-hal yang qot’i (pasti dan jelas) dalam film itu dan kita bandingkan dengan dalil yang qot’i juga.

Nah dari situ saja sudah jelas secara qot’i film itu distortif terhadap islam. Hal inilah yang kemudian menjadikan film itu anarkisme psikologis, ahistoris, tidak akademis, dan kontraproduktif, kecuali untuk kepentingan komersial dan propaganda anti islam. Mungkin niat hanung membikin film itu baik, yaitu untuk mengkritisi pondok pesantren yang[katanya: hanung] ada seperti yang ada di film, tapi akan lebih bijak apabila menggandeng ulama yang faham akan islam, tidak mengkonfrontasikan dua buah faham secara kasar dan anarkis seperti itu, sehingga tidak kontraproduktif dan terkesan tidak elegan.

Yang pada intinya semua itu diserahkan kepada penikmat film, terlebih yang sudah menonton film. Bukankah penikmat film sudah cerdas, kita sudah bisa membedakan mana tayangan yang buruk dan mana yang berkualitas.

Kamis, 05 Februari 2009

walimah

waaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh.

ternyata sibuk juga ya ngurusin persiapan pernikahan.

bolak-balik banjarbaru-banjarmasin-kapuas

cuman untuk beli souvenir biar para tamu merasa puas.

q skarang yang sudah berusia cukup dewasa tentu suatu saat nanti juga akan menyusul my sister u?melamar sesseoran n menikah.

ohhh

sunggguh nikmat yang tiada tara

menyempurnakan setengah agama

berssambung.............