Sabtu, 21 Januari 2012

Dinner in Jimbaran Beach

Dinner in Jimbaran Beach Tak terasa hampir tujuh bulan sudah berlalu, tepat kamis malam, 21 Juli 2011. Sebelum malam tiba, pesawat carter F-50 membawa kami sampai di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. Sore itu aktifitas bandara nampak padat, dan sangat banyak pesawat yang parkir disana, namun dari banyaknya pesawat, satu menjadi perhatian. Diwaktu yang bersamaan sedang berlangung pertemuan luar negeri se-ASEAN yang dihadiri oleh menteri luar negeri Amerika, Air Force terlihat parkir di pojok bandara. Ya, itulah yang menjadi pusat perhatian rombongan kami, termasuk aku. Rombongan kami yang di penuhi para artis, awak media, blogger, photografer dan yang lainnya lainnya nampak tidak segan-segan mengabadikan pesawat itu. Mereka tidak menyia-nyiakan diri untuk meabadikan pesawat kebanggaan amerika itu di kamera dan ponsel mereka. Untungnya aku tidak ikut ikutan ”heboh” seperti mereka, bukan masalah jaim atau gengsi. Tapi aku memang tidak terlalu suka dengan hal-hal yang berbau Amerika. Bagi ku mereka sama saja dengan kita. Setibanya di sana, kami disambut bak seorang raja, kalungan bunga oleh gadis Bali bergantian dikalung olehnya, tidak terkecuali aku. Bagiku ini pengalaman pertama, dikalungi bunga oleh penyambut turis, ya kami memang turis. Turis lokal yang mampir ke Bali. (tahukan teman, karena begitu tersanjungnya aku, kalung bunga itu aku bawa kekalimantan, sampai bunganya kering kerontang!!!xixixi, awas ketawa) Bagaimana pun kondisiku saat itu, aku tetap sadar bahwa aku di foto, dengan tampang narsis aku mengambil Pose yang terbaik (ngakak...) Setelah prosesi sambutan, rombongan kami di bawa dengan menggunakan bus pariwisata. Malam itu nampak cerah, rombongan kami yang berjumlah 40 orang menuju sebuah tempat, acara itu sudah di atur oleh panitia dari kementrian pariwisata bekerjasama dengan Indonesia Travel. Acara selanjutnya adalah Dinner. Dinner? Kalian tahu kan apa itu dinner? Terus terang, ketika aku menggunakan bahasa itu, seolah aku seorang pejabat yang akan dilayani oleh pelayan-pelayan yang cantik dan rupawan. Dinner biasa digunakan untuk acara makan malam bersama. Walaupun memiliki arti seperti itu, namun kata dinner bagikumemiliki makna yang begitu dalam, lebih dari sekedar makan malam. Dinner memiliki ”gengsi” tersendiri bagiku dibanding ”makan malam”. Entah kenapa, aku juga tidak tahu!!! (dasar udik yaaa..) Bus yang membawa kami berhenti, masing-masing dari kami mengemaskan barang bawaan. Hops! Kakiku sudah menginjak aspal, perut ku sudah tidak sabar ingin mencicipi makanan khas Bali, dengan kondisi tubuh yang sudah lelah, aku ikut berjalan mengikuti rombongan. Tidak mudah bagi ku, melakukan perjalanan sejauh dari jakarta mampir di Solo, kemudian dari Solo ke Bali. Apa lagi hanya makan nasi sekali, bagi ku sebagai orang Banjar, kalau makan tidak menggunakan nasi bukan makan namanya. Aku ingat, makan hanya pagi hari saat di Jakarta, selebihnya makan-makanan ringan saat terlantar di bandara Adi Sumarmo Solo siang itu. Di tengah-tengah jalan aku banyak menemukan sesajen-sesajen berbungkuskan daun pisang. Entah lah, aku tidak tahu apa namanya... Di kiri kananku banyak cafe-cafe yang buka, melihat rombongan masuk kesalah satu cafe aku pun bergegas ikut. Dalam keadaan tidak sadar, aku menginjak pasir di cafe itu... beberapa saat kemudian aku baru tahu kalau itu sebuah pantai, ya... pantai, kami Dinner di pinggir pantai ”Duuuh Romatisnya” hatiku berdesir Aku ingin sekali loncat-loncat kegirangan, karena baru pertama kali menemukan suasana se romantis itu, di temani lilin di meja dan mendengar deburan geloombang, serta hembusan udara pantai yang membuatku melayang, kelelahan dan kelaparan ku seolah tergantikan dengan suasananya. Aku senyum-senyum sendiri, mungkin. Karena suasananya cukup gelap, dan hanya di temani lampu duduk, tepatnya lilin di meja. Kaki ku merasakan sentuhan lembut dengan pasir, pasirnya sangat berbeda dengan pasir yang aku kenal. Disana pasirnya lembut dan halus, (aku ingin bermain pasir) untungnya, aku masih memiliki harga diri, jika tidak mungkin aku sudah berlari-larian kegirangan dengan suasana seindah itu. Aku benar-benar menikmati makam malam, lampu sorot yang meninari pantai nampak berputar-putar, aku melihat bintang juga berkelap-kelip. Saat itu suasana begitu istimewa, dan langit begitu cerah, makan malam beratapkan langit dan beralaskan pasir tidak akan pernah aku lupakan. Sperti biasa, aku dan teman tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, jeprat-jempreeet., Yap, foto bagaikan sebuah ritual yang rugi kalau dilewatkan. B E R S A M B U N G ...

2 komentar:

  1. Wuaaaaaaaaa.. ngiri seketika saat membayangkan dinnernya... huhu...
    Keren banget kisahnya, mana sambungannya? hee... ajib, disuruh jangan ketawa, saya malah ngakak ga karuan...xixixi ^_^

    BalasHapus
  2. haha..disuruh jangan ketawa, saya malah ngakak abis..hehe...
    Tapi sumpah ngiri banget sama dinernya...jadi ngebayangin romantisnya. Maaaaaaaaauuu... ^_^

    BalasHapus